Rabu, 11 September 2013

Sejarah World of Warcraft ( Part IV ) : Alliance & Horde


*Portal Gelap dan Jatuhnya Stormwind Warcraft: Orc dan Manusia
Ketika Kil’jaeden menyiapkan bangsa Horde untuk invasi ke Azeroth, Medivh masih berusaha untuk melawan dirinya terhadap Sargeras. Raja Llane, pemimpin terhormat Stormwind, sangat khawatir dengan kegelapan yang meliputi diri temannya. Raja Llane menceritakan kehawatirannya kepada Anduin Lothar, keturunan terakhir dari bangsa Arathi, yang menjadi Letnan Perang. Meski begitu, tidak ada satu orang pun yang dapat membayangkan bahwa perubahan lambat Medivh menjadi gila akan membawa horor kedunia.

Sebagai insentif akhir, Sargeras menjanjikan kekuatan hebat pada Gul’dan jika dia setuju untuk memimpin bangsa Horde ke Azeroth. Melalui Medivh, Sargeras memberitahu sang Warlock bahwa dia akan menjadi Dewa Hidup jika dia menemukan Kuburan bawah laut dimana Pelindung Aegwynn mengubur serpihan tubuh sargeras selama ribuan tahun sebelumnya. Gul’dan setuju dan memutuskan bahwa ketika penduduk Azeroth berhasil dikalahkan, dia akan menemukan Kuburan Legendaris itu dan mengklaim hadiahnya. Yakin bahwa bangsa Horde akan memberikan keinginannya, Sargeras memerintahkan invasi dimulai.

Untuk memudahkan mereka, Medivh dan para Warlock dari Penasehat Bayangan membuka gerbang dimensi yang dinamakan Portal Gelap. Portal ini menjembatani jarak antara Azeroth dan Draenor, dan sangatlah besar sampai sebuah pasukan dapat melewatinya. Gul’dan mengirimkan pengintai Orc melewati portal untuk melihat daratan dimana akan mereka taklukkan. Pengintai itu kembali dan meyakinkan para Penasehat Bayangan bahwa dunia Azeroth telah siap untuk dijajah.

Masih yakin bahwa kejahatan Gul’dan akan menghancurkan rakyatnya, Durotan kembali berbicara sekali lagi kepada para Warlock. Sang ksatria pemberani itu mengklaim bahwa para warlock telah menghancurkan kesucian arwah orcish dan invasi iblis ini akan menjadi kematian mereka. Gul’dan tidak dapat mengambil resiko dengan membunuh pahlawan yang terkenal, terpaksa mengasingkan Durotan dan Klan Frostwolfnya menuju belahan lain dunia baru ini.

Setelah pengasingan Frostwolves melewati portal, hanya beberapa Klan Orc yang mengikuti. Para orc ini dengan cepat membangun markas operasi di Black Morass, sebuah area yang gelap dan berawa jauh ditimur kerajaan Stormwind. Ketika para Orc mulai untuk menjelajahi daratan baru ini, mereka lalu memulai konflik dengan manusia yang mempertahankan Stormwind. Meskipun pertarungan ini berakhir dengan cepat, mereka menunjukkan kelemahan dan kekuatan dari kedua belah pihak. Llane dan Lothar tidak dapat mengumpulkan data akurat tentang berapa banyak jumlah para Orc dan hanya bisa menebak kekuatan yang harus mereka hadapi. Setelah beberapa tahun sebagian besar pasukan Orchish Horde telah datang ke Azeroth, dan Gul’dan yakin bahwa waktu untuk serangan utama terhadap bangsa manusia telah tiba. Bangsa Horde mengirimkan pasukan terhebatnya untuk menyerang Kerajaan Stormwind yang tidak siap.

Ketika pasukan Azeroth dan pasukan Horde berperang disekitar kerajaan, konflik internal mulai mengambil korban dari kedua pasukan. Raja Llane, yang percaya bahwa para Orc tidak akan dapat menaklukan Azeroth, tetap berada diposisinya didalam Stormwind. Tapi, Lothar menjadi yakin bahwa pertempuran haruslah dibawa langsung pada musuhnya, dan dia dipaksa untuk memilih antara keyakinannya dan kesetiannya kepada Raja. Memilih untuk mengikuti instingnya, Lothar menghancurkan Benteng Menara milik Medivh di Karazhan dengan bantuan dari penyihir muda, Khadgar. Khadgar dan Lothar sukses dalam menghancurkan Pelindung yang dirasuki, yang mereka percaya bahwa dialah sumber dari kehancuran. Dengan membunuh tubuh Medivh, Lothar dan penyihir muda mengirim arwah Sargeras ke akherat. Sebagai konsekuensinya, arwah murni Medivh menjadi gentayangan dan menghuni dimensi arwah selama beberapa tahun kedepan.

Meskipun Medivh berhasil dikalahkan, bangsa Horde melanjutkan dominasi mereka kepada penjaga Stormwind. Ketika kemenangan para Horde semakin dekat, Ogrim Doomhammer, salah satu pemimpin terhebat Orc, mulai melihat kehancuran yang telah menyebar diantara Klan semenjak mereka berada di Draenor. Teman lamanya, Durotan, kembali dari pengasingannya dan memperingatkan dirinya kepada tipu muslihat Gul’dan. Dengan cepat, pembunuh bayaran Gul’dan membunuh Durotan dan keluarganya, hanya menyisakan anak tunggalnya. Tidak diketahui oleh Doomhammer bahwa anak tunggal durotan ditemukan oleh seorang ksatria manusia, Aedelas Blackmoore, dan diambil sebagai budak.

Orc muda itu suatu hari akan muncul sebagai pemimpin terhebat bagi rakyatnya sepanjang sejarah. Sadar dengan kematian Durotan, Orgim berusaha untuk membebaskan para Horde dari hasutan iblis dan mengambil alih kepemimpinan bangsa Horde dengan membunuh bawahan Gul’dan, Blackhand. Dibawah kepemimpinannya pasukan Horde akhirnya bersiap didepan gerbang Stromwind. Raja Llane telah meremehkan kekuatan bangsa Horde, dan dia melihat dengan tidak berdaya ketika kerajaannya jatuh kepada bangsa asing berkulit hijau. Akhirnya Raja Llane dibunuh oleh Pembunuh Bayaran terbaik milik Penasehat Bayangan, keturunan Setengah Orc, Garona.

Lothar dan Ksatrianya, kembali kerumah dari Karazhan, berusaha mengumpulkan kekuatan kembali dan menyelamatkan rumah mereka. Tapi mereka kembali terlalu lambat dan menemukan kerajaan mereka telah menjadi reruntuhan. Bangsa Orchish Horde melanjutkan ke pinggiran kota dan mengklaim daratan itu sebagai milik mereka. Terpaksa bersembunyi, Lothar dan pengikutnya bersumpah akan kembali mengambil alih rumah mereka apapun yang terjadi.

*Para Alliance dari Lordaeron Warcraft 2: Hancurnya Kegelapan
Lothar membawa sisa pasukan Azeroth yang selamat setelah kekalahan di Stormwind, lalu berlayar melewati lautan menuju Kerajaan Lordaeron di utara. Yakin bahwa pasukan Horde akan menghancurkan semua manusia jika dibiarkan, para pemimpin dari tujuh bangsa manusia bertemu dan setuju untuk bersatu dan menjadi Alliance dari Lordaeron. Untuk pertama kalinya selama tiga ribu tahun, bangsa Arathor yang pernah terpecah menjadi satu kembali dibawah satu bendera. Ditunjuk sebagai Panglima Perang pasukan Alliance, Lothar menyiapkan pasukannya untuk menyambut para Horde.

Dibantu oleh letnannya, Uther sang Pembawa Cahaya, Admiral Daelin Proudmoore, dan Turalyon, Lothar juga mampu meyakinkan bangsa setengah manusia dari Lordaeron tentang ancaman para Orc. Para Alliance berhasil mendapatkan bantuan dari bangsa Dwarv Ironforge dan sedikit pasukan High Elf dari Quel’Thalas. Para Elf, saat itu dipimpin oleh Anasterian Sunstrider, tidak peduli dengan konflik yang terjadi. Tapi, mereka terikat secara moral untuk membantu Lothar karena dia adalah keturunan terakhir Arathi, yang telah membantu para Elf pada jaman dulu.

Bangsa Horde, sekarang dipimpin oleh Doomhammer, membawa para Ogre dari Draenor dan berhasil menaklukan Troll Amani kepada pihaknya. Memulai peperangan besar melawan kerajaan Dwarv di Khaz Modan dan bagian selatan dari Lordaeron, Bangsa Horde berusaha untuk menang. Pertarungan Epic dalam Perang Kedua berlangsung mulai dari pertarungan jarak jauh sampai pertarungan jarak dekat. Entah bagaimana, bangsa Horde berhasil menemukan benda pusaka hebat yang disebut Jiwa Iblis dan menggunakannya untuk mengendalikan Ratu Dragon, Alexstrasza. Diancam bahwa telurnya akan dihancurkan, bangsa Horde memaksa Alexstrasza untuk mengirimkan anak-anaknya ke medan perang. Ratu Dragon Merah terpaksa untuk berperang dipihak bangsa Horde, dan mereka harus melakukannya.
Peperangan berkecamuk diseluruh daratan Khaz Modan, Lordaeron dan Azeroth. Sebagai bagian dari misinya, bangsa Horde berhasil membakar perbatasan Quel’Thalas, karena itu meyakinkan bangsa Elf kepada peringatan para Alliance. Kota besar Lordaeron dihancurkan dan terbakar karena konflik. Meskipun tidak memiliki bantuan dan kekurangan pasukan, Lothar dan pasukannya berhasil menahan musuh mereka di perbatasan.

Tapi, mendekati hari terakhir Perang Kedua, ketika kemenangan Bangsa Horde atas Bangsa Alliance semakin dekat, sesuatu yang gawat terjadi diantara kedua pasukan Orc yang terkuat di Azeroth. Ketika Doomhammer menyiapkan serangan terakhirnya kepada Ibu Kota Lordaeron, sebuah serangan yang akan menghancurkan manusia terakhir sebagai Alliance, Gul’dan dan pasukannya meninggalkan post mereka dan pergi kelaut. Doomhammer yang kaget, kehilangan hampir setengah pasukannya karena penghianatan Gul’dan, dipaksa mundur dan menghapus kesempatan emasnya untuk memenangkan peperangan terhadap Alliance.

Gul’dan yang haus kekuatan, terobsesi dengan kekuatan Dewa itu sendiri, pergi mencari Kuburan Bawah Laut Sargeras yang dia percaya bahwa itulah rahasia sebuah kekuatan hebat. Telah mengutuk saudara Orcnya menjadi budak dari Burning Legion, Gul’dan berpikir tidak ada yang harus dilakukan lagi selain melimpahkannya kepada Doomhammer. Dibantu oleh Klan Stormreaver dan Twilight Hammer, Gul’dan berhasil mengangkat Kuburan Sargeras dari dasar lautan. Tapi, ketika dia membuka peti yang terkubur dengan air, dia hanya menemukan Iblis gila yang menantinya.

Mencari untuk menghukum para Orc yang berhianat, Doomhammer mengirim pasukannya untuk membunuh Gul’dan dan membawa sisa Orc penghianat kembali kepada tugasnya. Karena kecerobohannya, Gul’dan terbunuh oleh Iblis gila yang telah dia lepaskan. Dengan kematian pemimpin mereka, pasukan Orc yang berhianat kembali bergabung dengan pasukan Doomhammer. Meski pemberontakan telah diredam, bangsa Horde tidak dapat memperbaiki kekalahan yang telah mereka derita. Penghianatan Gul’dan telah memberikan pasukan Alliance bukan hanya harapan, tapi juga waktu untuk mengumpulkan pasukan dan memulihkan kekuatan.

Anduin Lothar, melihat bahwa pasukan Horde mulai terpecah dari dalam, mengumpulkan pasukannya yang tersisa dan menekan Doomhammer keselatan, kembali kepusat Stromwind. Disana, pasukan Alliance menjebak pasukan Horde diantara Tembok Gunung Berapi Blackrock Spire. Meskipun Lothar gugur dalam pertempuran di Blackrock Spire, letnannya, Turalyon, mengumpulkan pasukan Alliance dan mengusir pasukan Horde kembali ke rawa kematian Swamp Of Sorrows. Pasukann Turalyon berhasil menghancurkan Dark Portal, sebuah gerbang mistik yang menghubungkan para Orc dengan rumah mereka Draenor. Diputuskan dari bala bantuan dan perpecahan, pasukan Horde akhirnya hancur dengan sendirinya dan takluk kepada kehebatan bangsa Alliance.

Pasukan Orc yang terpecah kemudian dengan cepat bersatu dan membangun sebuah kamp kecil. Meskipun kelihatannya bahwa bangsa Horde telah dikalahkan untuk selamanya, beberapa yang tersisa hanya bisa hidup dalam damai. Khadgar, sekarang menjadi seorang Penyihir sakti, meyakinkan Pemimpin tertinggi bangsa Alliance untuk membangun Benteng Nethergarde yang akan mengawasi reruntuhan Dark Portal dan menjamin bahwa tidak akan ada invasi susulan dari Draenor.

*Invasi terhadap Draenor Warcraft 2X: Dibalik Dark Portal
Ketika api Perang Kedua mulai padam, pasukan Alliance mengambil langkah agresif untuk mengakhiri ancaman para Orc. Sebuah bangunan raksasa, dibuat untuk memenjarakan Orc yang tertangkap, dibangun diselatan Lordaeron. Dijaga oleh Paladin dan Ksatria Veteran bangsa Alliance, bangunan itu menjadi suatu kesuksesan. Meskipun Orc tawanan sangat berambisi untuk berperang sekali lagi, para penjaga penjara, berdasarkan penjara tua di Durnholde, berhasil menjaga kedamaian dan membuat mereka patuh pada peraturan.

Tetapi, di dunia hancur Draenor, sebuah pasukan Orc baru bersiap untuk menyerang bangsa Alliance yang tidak siap. Ner’zhul, mantan pemimpin Gul’dan, mengumpulkan Klan Orc yang tersisa dibawah bendera hitamnya. Dibantu oleh Klan Shadowmoon, Shaman tua itu berencana untuk membuka beberapa Portal di Draenor yang akan memandu para Horde kepada dunia baru yang belum terjamah. Untuk memberikan kekuatan pada Portalnya, dia membutuhkan beberapa Artifak dari Azeroth. Untuk mendapatkannya, Ner’zhul membuka kembali Dark Portal dan mengirim pengikutnya untuk mendapatkannya.

Pasukan Horde baru, dipimpin oleh pimpinan veteran seperti Grom Hellscream dan Kilrogg Deadeye (dari Klan Bleeding Hollow), mengejutkan pertahanan pasukan Alliance dan mengamuk keseluruh daratan. Dibawah perintah Ner’zhul, para Orc dengan cepat mengumpulkan Artifak yang mereka butuhkan lalu kembali ke Draenor yang aman.

Raja Terenas dari Lordaeron, yakin bahwa para Orc sedang menyiapkan invasi baru ke Azeroth, mengumpulkan Letnan yang paling dipercayainya. Dia memerintahkan Jendral Turalyon dan sang Penyihir, Khadgar, untuk memimpin ekspedisi melewati Dark Portal untuk mengakhiri ancaman Orc selamanya. Pasukan Turalyon dan Khadgar berjalan menuju Draenor dan menghancurkan Klan Ner’zhul dibawah panasnya Hellfire Penisula. Bahkan dengan bantuan High Elf Alleria Windrunner, sang Dwarv Kurdran Wildhammer, dan ksatria veteran Danath Trollbane, Khadgar tidak mampu menghentikan Ner’zhul untuk membuka portal ke dunia lain.

Ner’zhul akhirnya membuka portal ke dunia lain, tapi dia tidak memikirkan akibat yang harus dia bayar. Kekuatan energi portal itu mulai menghancurkan alam Draenor. Ketika pasukan Turalyon berjuang untuk kembali ke Azeroth, dunia Draenor mulai mengalami kehancuran. Grom Hellscream dan Kilrogg Deadeye, menyadari bahwa rencana gila Ner’zhul akan memusnahkan seluruh bangsanya, mengumpulkan Orc yang tersisa dan kabur ke Azeroth yang aman.

Di Draenor, Turalyon dan Khadgar setuju untuk membuat pengorbanan besar dengan menghancurkan Dark Portal dari sisi mereka. Meskipun itu akan mengorbankan nyawa mereka, dan nyawa pasukannya, mereka mengetahui bahwa hanya itulah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Azeroth. Bahkan ketika Hellscream dan Deadeye mencuri jalan melalui pasukan manusia demi sedikit kebebasan, Dark Portal meledak dibelakang mereka. Bagi mereka, dan Orc yang tersisa di Azeroth, tidak ada jalan kembali pulang.

Ner’zhul dan Klan Shadowmoonnya yang setia melewati Portal besar yang baru, sebuah erupsi volkanik mulai menghancurkan Draenor bagian demi bagian. Lautan yang terbakar naik dan membanjiri seluruh daratan ketika dunia itu akhirnya musnah dalam ledakan yang hebat.

*Kelahiran Sang Raja Lich
Ner’zhul dan pengikutnya memasuki Twisting Nether, sebuah dimensi yang menghubungkan ke seluruh dunia yang tersebar di Great Dark. Sayangnya Kil’jaeden dan Iblis bawahannya sudah menunggunya. Kil’jaeden, yang sudah bersumpah untuk membalas dendam kepada Ner’zhul karena penghianatannya dulu, dengan perlahan mencabik tubuh sang Shaman itu, menjadi berkeping-keping. Kil’jaeden menyimpan arwah sang Shaman tetap hidup dan terhubung, lalu meninggalkan Ner’zhul mengalami siksaan yang luar biasa dengan tidak memiliki tubuh. Meskipun Ner’zhul memohon kepada sang Iblis untuk melepaskannya dan memberinya kematian, sang Iblis langsung menolak karena perjanjian darah yang mereka lakukan dulu masih terikat, dan Ner’zhul masih memiliki kewajiban untuk melayani.

Kegagalan para Orc untuk menaklukan dunia untuk Burning Legion memaksa Kil’jaeden untuk menciptakan pasukan baru yang dapat menyebarkan kehancuran diseluruh kerajaan Azeroth. Pasukan baru ini tidak dibolehkan untuk memiliki perasaan dan perpecahan sesama jenis seperti bangsa Horde. Diharuskan tidak memiliki perasaan dan memiliki satu misi dalam pikirannya. Kali ini, Kil’jaeden tidak boleh gagal.

Menahan arwah Ner’zhul didalam sebuah tabung, Kil’jaeden memberinya kesempatan terakhir untuk melayani Legion atau menderita siksaan selamanya. Sekali lagi, Ner’zhul terpaksa menerima perjanjian Iblis. Arwah Ner’zhul dikirim kedalam sebuah Es Balok berbentuk permata yang dikumpulkan dari ujung Twisting Nether. Dikurung didalam kubah beku, Ner’zhul merasa bahwa tugasnya akan berlangsung selama sepuluh ribu tahun. Dipindahkan oleh kekuatan chaotic sang Iblis, Ner’zhul menjadi mahluk dengan kekuatan tak terbatas. Pada saat itu, seorang Orc yang dikenal sebagai Ner’zhul sudah hilang, dan sang Raja Lich telah lahir.
Ksatria Kematian dan pengikut Shadowmoon milik Ner’zhul juga dirubah oleh kekuatan chaotic sang Iblis. Para penyihir itu dibunuh dan berubah menjadi Lich. Sang Iblis menetapkan bahwa meskipun dalam kematian, pengikut Ner’zhul akan selalu melayaninya tanpa ragu.

Ketika waktunya tepat, Kil’jaeden menerangkan misi yang telah dia rencanakan kepada sang Raja Lich. Ner’zhul diharuskan untuk menyebarkan wabah kematian dan terror diseluruh Azeroth yang dapat menghancurkan peradaban manusia selamanya. Semua yang mati karena wabah kematian itu akan bangkit sebagai Mayat Hidup, dan roh mereka akan terikat kepada Perintah Ner’zhul selamanya. Kil’jaeden menjanjikan bahwa jika Ner’zhul menyelesaikan tugasnya dan menghancurkan kehidupan manusia dari dunia, dia akan dibebaskan dari kutukannya dan akan mendapatkan tubuh baru untuk digunakan.

Meskipun Ner’zhul setuju dan sangat bersemangat untuk menjalankan tugasnya, Kil’jaeden masih meragukan kesetiannya. Menjaga Sang Raja Lich tanpa tubuh dan mengurungnya didalam kubah kristal meyakinkannya untuk sementara, tapi sang Iblis tahu bahwa dia harus tetap mengawasinya. Sampai hal ini berakhir, Kil’jaeden memanggil Penjaga Iblis Elit miliknya, sang Vampiric Dreadlords, untuk mengawasi Ner’zhul dan menjamin bahwa dia melakukan tugasnya. Tichondrius, salah satu yang paling kuat dan hebat diantara para Dreadlords, menyanggupi tugas itu, dia sangat tertarik dengan akibat dari wabah kematian dan Raja Lich yang diharapkan mampu melakukannya.

*Mahkota Es dan Tahta Beku

Kil’jaeden mengirim Kubah Es Ner’zhul kembali ke dunia Azeroth. Kristal Keras itu membelah langit malam dan menghantam daratan es di Northrend, mengubur dirinya jauh didalam Pegunungan Es. Sang Kristal beku, khawatir tidak dapat menghindari jika ada bahaya mengancam, mulai membangun sebuah Tahta, lalu Arwah Ner’zhul berusaha menjalankannya.

Dari Tahta Beku, Ner’zhul mulai menjalankan tugasnya dan menghasut pikiran mahluk hidup yang berada di Northrend. Dengan sedikit usaha, dia berhasil memperbudak banyak mahluk hidup, termasuk Troll es dan Wendigo, lalu menarik mereka menuju kegelapan. Kekuatan sihir miliknya juga terbukti tak terbatas, dan dia menggunakannya untuk menciptakan sebuah pasukan kecil yang dia perintahkan untuk menjaga Labirin Mahkota Es. Ketika sang Raja Lich menguasai keahliannya yang baru dibawah pengawasan para Dreadlord, dia menemukan bahwa ada sekelompok manusia yang hidup didaerah Dragonblight. Dengan cepat, Ner’zhul memutuskan untuk mencoba kekuatannya kepada para manusia itu.

Ner’zhul mengirimkan wabah kematian dari dalam Tahta Beku, keluar melewati lembah es. Mengendalikan wabah kematian atas kehendaknya sendiri, dia mengirimnya langsung ke desa manusia. Dalam tiga hari, semua yang terkena wabah itu lalu mati, tapi dengan cepat setelahnya para penduduk yang mati itu mulai hidup kembali sebagai mayat hidup. Ner’zhul dapat merasakan jiwa mereka dan memerintahnya seperti miliknya sendiri. Rasa benci dan dendam didalam pikirannya membuat Ner’zhul bahkan tumbuh semakin lebih kuat, ditambah ketika para jiwa itu menyediakannya lebih banyak kekuatan. Dia menganggap bahwa seperti permainan anak kecil untuk mengendalikan para Zombie dan menggunakan mereka untuk apapun yang dia inginkan.
Setelah beberapa bulan, Ner’zhul melanjutkan bereksperimen dengan wabah kematiannya dengan merubah semua manusia yang hidup di Nortrend. Dengan pasukan mayat hidupnya yang bertambah setiap hari, dia mengetahui bahwa tugas sebenarnya akan segera tiba.

*Pertempuran di Grim Batol

Sementara itu, didaratan perang di bagian selatan, pasukan Horde yang tersisa berjuang untuk bertahan hidup. Meski Grom Hellscream dan Klan Warsong miliknya berhasil menghindar dari penangkapan, Deadeye dan Klan Bleeding Hollow tertangkap dan ditempatkan di Kamp Lordaeron. Para penjaga penjara lalu mengendalikan mereka dan meredam rasa haus mereka akan pertempuran.

Tetapi, tidak diketahui oleh bangsa Alliance, sebuah pasukan Orc yang cukup besar masih bebas berada dibagian Utara Khaz Modan. Klan Dragonmaw, dipimpin oleh Warlock Nekros, menggunakan benda pusaka yang disebut Jiwa Iblis untuk mengendalikan Ratu Dragon, Alexstrasza dan pasukan Dragonflight. Dengan Ratu Dragon sebagai pengikutnya, Nekros membangun pasukan rahasia didalam benteng Wildhammer di Grim Batol yang telah lama ditinggalkan, sebagian berkata dikutuk. Berencana untuk melepaskan pasukannya dan Naga Merah kepada pasukan Alliance, Nekros berharap dapat mempersatukan kembali Bangsa Horde dan melanjutkan untuk menaklukan Azeroth. Misinya tidak berhasil, sekelompok kecil ksatria, dipimpin oleh Penyihir Manusia Rhonin berhasil menghancurkan Jiwa Iblis dan membebaskan Ratu Dragon dari perintah Nekros.
Dalam kemarahannya, Alexstrasza menghancurkan Grim Batol dan memusnahkan hampir seluruh anggota Klan Dragonmaw. Impian Nekros tentang menyatukan kembang bangsa Horde hancur ketika pasukan Alliance mengepung pasukan Orc yang selamat dan mengurung mereka didalam Kamp. Kekalahan Klan Dragonmaw menjadi simbol akhir dari bangsa Horde, dan akhir dari bangsa Orc yang haus pertempuran.

*Perubahan Bangsa Orc
Beberapa bulan berlalu, dan semakin banyak tawanan Orc diikat dan dikurung didalam Kamp. Ketika Kamp sudah mulai kelebihan tawanan, para Alliance terpaksa membangun Kamp baru daerah selatan Pegunungan Alterac. Untuk merawat dan mensuply jumlah yang terus bertambah, Raja Terenas menerapkan pajak kepada Bangsa Alliance. Pajak ini, meningkatkan gejolak politik dikalangan masyarakat, dan menciptakan kekecewaan. Kelihatannya bahwa bangsa manusia yang bersatu akan mengalami masa suram beberapa saat lagi.

Ketika gejolak politik terjadi, banyak penjaga penjara mulai melihat perubahan para Orc tawanan. Para Orc yang berusaha untuk melarikan diri dari Penjara atau berkelahi dengan sesamanya menurun dengan drastis. Para Orc menjadi pendiam dan tenang. Meskipun sangat sulit untuk dipercaya, Bangsa Orc yang pernah menjadi bangsa paling brutal sepanjang sejahar Azeroth, telah kehilangan keinginan mereka untuk bertarung. Perubahan aneh itu tidak mengganggu pemimpin bangsa Alliance dan terus mengambil pajak dari para penduduk.

Beberapa berspekulasi bahwa penyakit aneh, yang hanya dapat dirasakan oleh para Orc, menekan rasa ingin berperang mereka. Tapi Penyihir Antonidas dari Dalaran memiliki pendapat yang berbeda. Menemukan sedikit tentang sejarah para Orc, Antonidas menemukan bahwa para Orc telah berada didalam pengaruh kekuatan iblis selama beberapa generasi. Dia menyimpulkan bahwa para Orc telah terhasut oleh kekuatan ini bahkan sebelum invasi mereka ke Azeroth. Lalu, iblis telah meracuni darah para Orc, dan membuat mereka menjadi Brutal dan meningkatkan kekuatan, ketahanan dan aggressive.

Antonidas menyimpulkan bahwa perubahan para Orc bukanlah sebuah penyakit, tapi akibat dari kekuatan sihir Warlock yang membuat mereka tak kenal takut, menjadi Ksatria haus darah. Meskipun pendapatnya benar, Antonidas tidak dapat menemukan cara untuk menyembuhkan para Orc. Selain itu, banyak penyihir pengikutnya dan beberapa pemimpin Alliance, berdebat bahwa mencari cara menyembuhkan para Orc adalah sesuatu yang sia-sia. Sendirian mencari jalan keluar tentang kondisi misterius para Orc, Antonidas memutuskan bahwa menyembuhkan para Orc harus dengan cara spiritual.

*Bangsa Horde Baru
Pemimpin Penjara dari Penjara Interment, Aedelas Blackmoore, mengawasi Orc tawanan dari Benteng Durnholde. Satu Orc yang selalu menarik perhatiannya, Orc yatim piatu yang dia temukan delapan belas tahun yang lalu. Blackmoore telah membesarkan Orc muda itu sebagai Budak Favotite dan menamainya Thrall. Blackmoore mengajarkan Orc muda itu tentang Taktik, Pilosofi, dan pertempuran. Thrall bahkan dilatih sebagai Gladiator. Ketika itu, sang Warden Jahat merubah sang Orc menjadi sebuah Senjata Hidup.
Dengan masa remaja yang keras, Thrall muda tumbuh menjadi kuat, cepat tanggap, dan mengetahui bahwa hidup sebagai Budak bukanlah untuknya. Ketika dia tumbuh dewasa, dia belajar tentang rakyatnya, para Orc, yang belum pernah dia temui. Setelah kekalahan mereka, kebanyakan mereka ditempatkan di Penjara. Rumor menyebar bahwa Doomhammer, pemimpin para Orc, telah melarikan diri dari Lordaeron dan bersembunyi. Hanya satu Klan Rogue yang masih beroperasi secara rahasia, mencoba untuk menghindari pengawasan para Alliance.

Akhirnya Thrall yang belum memiliki pengalaman memutuskan untuk melarikan diri dari Benteng Blackmoore dan berusaha untuk mencari sesama jenisnya. Selama perjalanannya Thrall mengunjungi penjara dan menemukan Bangsa Ksatria Orc telah menjadi lemah dan penakut. Tidak menemukan Ksatria hebat yang dia harapkan, Thrall pergi untuk mencari Pemimpin Orc yang tak terkalahkan, Grom Hellscream.
Selalu diburu oleh manusia, Hellscream tidak pernah kehilangan semangat untuk bertarung. Dibantu oleh Klan Warsong, Hellscream melanjutkan peperangan rahasia melawan musuh dari bangsanya. Sayangnya, Hellscream tidak pernah menemukan cara untuk membangkitkan kembali semangat para Orc dari perubahan mereka. Lalu Thrall, terinspirasi oleh idealism Hellscream, menemukan empathy kuat untuk para Horde dan tradisi ksatrianya.

Mencari kebenaran tentang dirinya, Thrall pergi keutara untuk menemukan Klan Frostwolf yang legendaris. Thrall mengetahui bahwa Gul’dan telah mengasingkan para Frostwolves ketika Peperangan Pertama. Dia juga mengetahui bahwa dia adalah anak dari Pahlawan Orc Durotan, pemimpin dari Frostwolves yang telah dibunuh hampir dua puluh tahun yang lalu.

Dibawah pengawasan sang Shaman Drek’Thar, Thrall mempelajari tradisi kuno Shamanistic bangsanya, yang telah dilupakan karena peraturan Iblis Gul’dan. Selama itu, Thrall menjadi Shaman hebat dan mengambil haknya sebagai Pemimpin dari Frostwolves. Didukung oleh pemimpin lainnya dan dibimbing untuk menemukan Takdirnya, Thrall berusaha untuk membebaskan Orc tawanan dan menyembuhkan bangsanya dari pengaruh iblis.

Dalam perjalanannya, Thrall bertemu dengan Panglima Perang tua, Orgrim Doomhammer, yang telah hidup menyendiri selama beberapa tahun. Doomhammer, yang dulu adalah teman dekat ayah Thrall, memutuskan untuk mengikuti Orc muda, dan membantunya membebaskan Orc yang ditawan. Didukung oleh banyak veteran, Thrall akhirnya berhasil membebaskan bangsa Horde dan memberikan rakyatnya identitas spiritual yang baru.

Sebagai simbol kelahiran kembali bangsanya, Thrall kembali ke Benteng Blackmoore di Durnholde dan akan membunuh mantan Tuannya dengan menyerang penjara itu. Kemenangan ini mengambil bayarannya, ketika pembebasan salah satu Penjara, Doomhammer gugur dalam pertempuran.

Thrall mengambil Kapak Perang legendaris milik Doomhammer dan memakai Baju Jirahnya untuk menjadi Panglima Perang baru bagi bangsa Horde. Hanya dalam waktu beberapa bulan, pasukan Horde Thrall yang kecil tapi kuat berhasil membebaskan para tawanan dan mengelabui pasukan Alliance dengan strategi cerdiknya. Dibantu oleh teman terbaiknya dan gurunya, Grom Hellscream, Thrall berusaha untuk meyakinkan bahwa rakyatnya tidak akan menjadi budak lagi.

*Perang para Laba-laba
Ketika Thrall membebaskan saudaranya di Lordaeron, Ner’zhul melanjutkan membangun markasnya di Northrend. Istana megah dibangun sebagai diatas daratan Es dan dihuni oleh pasukan kematian yang terus bertambah. Ketika sang Raja Lich menyebarkan ketakutan diseluruh daratan, satu kerajaan bayangan menghalangi usahanya. Kerajaan bawah tanah kuno Azjol-Nerub , yang dihuni oleh bangsa Manusia Laba-laba, mengirim ksatria elite mereka untuk menyerang Mahkota Es dan mengakhiri dominasi Gila sang Raja Lich. Dengan frustrasi, Ner’zhul mengetahui bahwa nerubian ini tidak hanya kebal kepada Penyakit Kematian, tapi juga pikiran mereka tidak dapat dipengaruhi.

Pemimpin para Laba-laba Nerubian memberikan perintah kepada pasukannya dan memiliki jaringan bawah tanah yang tersebar luas hampir setengah dari seluruh Northrend. Taktik serang dan kabur mereka pada Kerajaan Raja Lich sangatlah jitu untuk menghancurkan dengan sangat perlahan. Tapi akhirnya Perang antara Ner’zhul melawan para Nerubian dimenangkannya dengan gemilang. Dengan bantuan para Dreadlords dan pasukan Mayat Hidup yang tak terhitung, sang Raja Lich menginvasi Azjol-Nerub dan menghancurkan kerajaan mereka setelah memenggal kepala Pemimpin para Nerubian.
Meski para Nerubian kebal terhadap penyakit kematiannya, kekuatan nekromatik Ner’zhul dapat membangkitkan mayat ksatria laba-laba yang mati dan mengikat mereka pada perintahnya. Sebagai penghargaan terhadap kekuatan dan keberanian mereka, Ner’zhul menggunakan gaya arsitektur para nerubian pada Istana dan Bangunannya. Merasa bahwa kerajaannya sudah siap, sang raja Lich mulai untuk menyiapkan misi sesungguhnya pada dunia. Menjelajahi dunia manusia dengan sangat cepat seperti angin untuk mencari pengikutnya, sang Raja Lich memanggil jiwa gelap yang mau mendengarkannya.

*Kel’Thuzad dan Pembentukan Bangsa Scourge
Ada beberapa individu dengan kekuatan hebat yang tersebar diseluruh dunia yang mendengar panggilan Raja Lich dari Northrend. Yang paling hebat diantara mereka ada penyihir dari Dalaran, Kel’Thuzad, yang pernah menjadi anggota senior Kirin Tor, pusat Pemerintahan Dalaran. Dia dituduh menjadi seorang yang sesat karena bertahun-tahun mempelajari sihir terlarang Necromancy. Berusaha untuk mempelajari semua sihir dunia dan kehebatannya, dia sangat kecewa dengan apa yang dia lihat ketika tidak ada yang mau mendukungnya. Ketika mendengar ada kekuatan hebat memanggilnya dari Northrend, sang Penyihir membulatkan tekadnya untuk berusaha berkomunikasi dengan suara misterius itu. Yakin bahwa Kirin Tor terlalu takut untuk mempelajari sihir hitam, dia mengundurkan diri untuk mempelajari apa yang dia bisa dari kekuatan sang Raja Lich.

Meninggalkan harta dan jabatan politiknya, Kel’Thuzad meninggalkan Kirin Tor dan Dalaran selamanya. Diyakinkan oleh suara Raja Lich dipikirannya, dia menjual jiwanya dan membuang kekayaannya. Berjalan sendiri melewati banyak negara dan lautan, dia akhirnya mencapai pantai beku Northrend. Ingin mencapai Mahkota Es dan menawarkan kesetiannya kepada Raja Lich, sang Penyihir itu melewati reruntuhan kerajaan Azjol-Nerub. Kel’Thuzad takjub melihat kekuatan yang dimiliki oleh Ner’zhul. Dia mulai sadar bahwa menjadi pengikut Raja Lich adalah keputusan yang sangat baik.

Setelah berbulan-bulan melewati dataran es yang kejam, Kel’Thuzad akhirnya mencapai Es Hitam dari Mahkota Es. Dia mendekati Istana Gelap Ner’zhul dan terkejut ketika para Penjaga membiarkannya lewat seperti dia sudah ditunggu. Kel’Thuzad masuk kedalam bumi dingin dan menemukan jalan kebawah tanah. Disana, didalam kubah yang terbuat dari es dan bayangan, dia bersujud dihadapan sang Tahta Beku dan menawarkan jiwanya kepada Pemimpin Kegelapan dan Kematian.

Sang Raja Lich puas dengan perjuangannya. Dia menjanjikan keabadian pada Kel’Thuzad dan kekuatan tak terbatas sebagai hadiah dari kesetiaan dan kepatuhannya. Bersemangat mendapatkan pengetahuan ilmu hitam dan kekuatannya, Ke’Thuzad menerima misi pertamanya, pergi ke dunia manusia dan mencari bangsa baru yang sanggup memuja sang Raja Lich sebagai Tuhan.
Untuk membantu sang Penyihir menyelesaikan misinya, Ner’zhul membiarkan sisi manusia Kel’Thuzad tetap ada. Berwujud sebagai Penyihir Kharismatik dia menyerang dengan menggunakan kekuatan ilusi dan hipnotis kepada para penduduk, menyebarkan sebuah kepercayaan dan ajaran baru kepada masyakarat Lordaeron. Lalu, ketika dia mendapatkan perhatian mereka, dia menawarkan kepercayaan baru yang dapat memberikan mereka seorang raja baru.

Kel’Thuzad kembali ke Lordaeron dengan menyamar, dan selama tiga tahun, dia menggunakan bakatnya dan kepintarannya untuk mengumpulkan sebuah kelompok yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Kelompok itu, yang dia namakan Pasukan Terkutuk, menjanjikan kehidupan sosial dan kehidupan abadi di Azeroth sebagai hadiah atas pelayanan dan kesetiaan mereka terhadap Ner’zhul. Setelah beberapa bulan, Kel’Thuzad mendapatkan banyak sukarelawan yang ingin bergabung dengannya, para pekerja rendahan dari Lordaeron. Sangatlah mudah bagi Kel’Thuzad untuk menyelesaikan tugasnya. Hanya merubah keyakinan masyakat dari Jalan Terang menjadi Jalan Gelap milik Ner’zhul. Ketika pasukan Terkutuk tumbuh semakin besar dan kuat, Kel’Thuzad berusaha untuk menyembunyikannya dari Kerajaan Lordaeron.

Dengan keberhasilan Kel’Thuzad di Lordaeron, sang Raja Lich menyiapkan persiapan akhir untuk penyerangan terhadap peradaban manusia. Menyimpan energi penyakitnya kedalam sebuah benda yang disebut Kotak Penyakit, Ner’zhul memerintahkan Kel’Thuzad untuk mengirim Kotak itu ke Lordaeron, dimana mereka akan disembunyikan diantara para penduduk. Kotak itu, dilindungi oleh anggota dari Pasukan terkutuk, akan berfungsi sebagai penyebar Penyakit Kematian, mengirim penyakit Kematian keseluruh pertanian dan kota diutara Lordaeron.

Rencana sang Raja Lich berjalan sempurna. Banyak penduduk diutara Lordaeron langsung terkontaminasi. Sama seperti penduduk di Northrend, para penduduk yang terkena penyakit kematian mati setelah beberapa hari lalu bangkit sebagai Budak sang raja Lich. Para pengikut Kel’Thuzad memilih untuk mati dan dibangkitkan kembali sebagai Pelayan Raja Kegelapan mereka. Mereka ingin mendapatkan keabadian didalam kematian. Ketika penyakit kematian menyebar, zombie mulai bertambah dengan cepat didaerah utara. Kel’Thuzad memandang pasukan Raja Lich dan menamainya dengan Bangsa Scourge, yang sebentar lagi akan mulai mencapai gerbang Lordaeron dan memusnahkan peradaban manusia dari muka dunia.

Perpecahan Bangsa Alliance

Tidak siap terhadap wabah kematian yang menyebar didaerah mereka, pemimpin dari Bangsa Alliance mulai mengumpulkan para pemimpin lain dan menekan gejolak politik. Raja Terenas dari Lordaeron mulai khawatir bahwa perjanjian yang telah mereka dirikan ketika masa kehancuran dulu tidak akan bertahan lama. Terenas meyakinkan pemimpin bangsa Alliance untuk mengirimkan uang dan pekerja untuk membantu membangun kembali Kerajaan Selatan Stormwind, yang telah hancur ketika penyerangan bangsa Orc ke Azeroth. Pajak tinggi yang diumumkan, bersama dengan biaya mahal untuk merawat dan mengoperasikan penjara para Orc, membuat banyak pemimpin seperti Genn Greymane dari Gilneas menjadi percaya bahwa kerajaan mereka akan lebih baik jika melepaskan diri dari bangsa Alliance.

Membuatnya semakin lebih buruk, para High Elf dari Silvermoon membatalkan perjanjian mereka membantu Alliance, menilai bahwa manusia telah memimpin dengan buruk sehingga mengakibatkan hutan mereka terbakar ketika Perang Kedua. Terenas berusaha meyakinkan dan mengingatkan bahwa tidak akan ada yang tersisa dari Quel’Thalas jika pasukan manusia yang mengorbankan nyawa mereka tidak mempertahankannya. Sayang sekali, para elf dengan keras kepala memutuskan untuk memilih keputusan mereka. Bersamaan dengan kepergian para elf, Gilneas dan Stromgarde juga melepaskan diri.

Meskipun bangsa Alliance tercerai berai, Raja Terenas masih memiliki sekutu yang dapat diandalkan. Baik itu Admiral Proudmoore dari Kul Tiras dan sang Raja Muda, Varian Wrynn dari Azeroth, masih bergabung sebagai Bangsa Alliance. Lalu, para penyihir dari Kirin Tor, dipimpin oleh sang Penyihir Antonidas, meyakinkan Dalaran untuk mendukung peraturan Terenas. Mungkin dari semua bangsa yang terpecah adalah Raja Dwarv, Magni Bronzebeard, yang berjanji bahwa para Dwarv di Ironforge akan selalu berhutang budi kepada Alliance ketika pembebasan Khaz Modan dari kendali bangsa Horde.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar